Dio Suhenda (Jakarta Post)
Premium
Jakarta
Jumat, 23 Juli 2021
Sementara pemerintah masih berjuang untuk mengendalikan peningkatan kasus COVID-19 yang berbahaya dan memperbaiki epidemi terburuknya, hal itu telah memungkinkan “infotemik” paling berbahaya untuk tumbuh sebagian besar tanpa hambatan.
Orang Indonesia sekarang membayar harga untuk menimbun media sosial dan situs pesan instan dengan desas-desus, informasi yang salah, dan penipuan ketika acara tersebut mulai menuntut kehidupan nyata.
“Beberapa hari setelah pertarungan, Baba kalah dalam pertarungan melawan COVID-19. Apa alasan kehilangan Baba? Selain penyakit penyertanya, itu menyebar,” cuit Helmi Indira, 34 tahun.
Pernyataannya memicu perdebatan luas di Twitter, yang menarik perhatian bangsa dan menghubungkan bahaya kafir dengan sebuah utas.
Ayah Helmi, Nuryaman, 60 tahun, meninggal dunia pada 15 Juli, delapan hari setelah ia membintangi …
Baca cerita lengkapnya
Berlangganan sekarang
IDR mulai dari 55.000 / bulan
- Akses tak terbatas ke konten web dan aplikasi kami
- Surat Kabar Digital Harian E-Post
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses khusus ke acara dan proyek kami
- Berlangganan buletin kami
“Penggemar perjalanan. Pembaca yang sangat rendah hati. Spesialis internet yang tidak dapat disembuhkan.”
More Stories
Forum Sumber Daya Manusia untuk Memajukan Kerja Sama Indonesia-Jepang: Kementerian
Indonesia sedang berkampanye untuk pemilihan presiden pada bulan Februari
Orang Terkaya Indonesia (27 November 2023)