Oleh Aditi Singh, Ph.D.
Profil Negara: Indonesia
Republik Indonesia, juga dikenal sebagai Indonesia, adalah negara kepulauan terbesar di dunia 17.500 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer (km).. Pulau-pulau di negara ini memiliki geografi, topografi, dan iklim yang sangat beragam. Mulai dari wilayah laut dan pesisir hingga rawa gambut dan hutan pegunungan. Secara geografis, terletak pada pertemuan lempeng tektonik Pasifik, Eurasia, dan Australia, Indonesia merupakan salah satu kawasan tektonik paling dinamis di dunia. Secara morfologi Indonesia terdiri dari dataran rendah (0–500 m), dataran tinggi (500–1000 m), dataran tinggi (1000–2000 m), dan pegunungan (di atas 2000 m). Indonesia memiliki populasi lebih dari 273 juta orang (2020), saat ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.
Profil Bencana Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia dan sering terkena berbagai bahaya. Indeks risiko bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan di negara ini sangat tinggi dibandingkan dengan standar global. Akibatnya, Indonesia, yang terletak dalam zona geografis yang dinamis dan bercirikan penduduk yang padat, terus mengalami berbagai bencana geologi yang mengakibatkan banyak korban jiwa, korban jiwa, dan kerusakan sosial ekonomi. Selain kondisi geografis yang kompleks, aktivitas manusia juga telah meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap berbagai bahaya. Pembangunan perkotaan yang ekstensif, seringkali tanpa perencanaan dan peraturan yang tepat, menjadikan kota lebih rentan terhadap bencana alam. Proses urbanisasi, yang didorong oleh pertumbuhan populasi alami dan migrasi dari desa ke kota, telah memperluas paparan kota terhadap bahaya tersebut. Pemukim dan pemukiman perkotaan yang baru tiba sering kali menetap di daerah rentan, termasuk daerah rawan banjir dan lereng bukit yang curam. Degradasi lingkungan dan penggundulan hutan akibat pertumbuhan penduduk perkotaan yang tidak dikelola dengan baik, kelangkaan lahan dan aktivitas komersial merupakan penyebab utama banjir dan tanah longsor. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Indonesia telah dilanda 6.632 bencana alam (terutama bencana geologi) selama periode 1997–2009, dengan total korban jiwa sebanyak 151.277 jiwa. Selain itu, data Badan Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2010 hingga 2019.
Longsor di Indonesia
Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Menurut BNPB (2020), frekuensi bencana tanah longsor di Indonesia meningkat dalam satu dekade terakhir, sehingga mengakibatkan tersebarnya wilayah terdampak bencana. Tren ini disebabkan oleh meningkatnya praktik penggunaan lahan yang tidak ramah lingkungan, curah hujan yang tinggi dan berkepanjangan, serta meningkatnya kejadian gempa bumi. Daerah rawan longsor banyak yang merupakan lahan subur yang dikembangkan untuk pemukiman, pertanian, dan pembangunan infrastruktur. Akibatnya, relokasi tempat tinggal dan infrastruktur menjadi tantangan. Oleh karena itu, banyak faktor termasuk kepadatan penduduk, kualitas infrastruktur, status ekonomi dan kapasitas wilayah berkontribusi terhadap tingkat risiko tanah longsor.
Sekitar 108,8 juta jiwa diperkirakan tinggal di zona rawan longsor sedang dan tinggi, dimana 15,2 juta jiwa diantaranya tinggal di zona paling rentan di 228 kabupaten di Indonesia. Selain itu, Peta Bahaya Longsor Indonesia yang diterbitkan BNPB tahun 2020 menunjukkan wilayah berisiko tinggi terjadinya tanah longsor di Pulau Sumatera bagian barat di kawasan pegunungan Bukit Barisan; Pulau Jawa bagian selatan dan tengah, Bali, Nusa Tenggara, hampir seluruh bagian pulau Sulawesi, Maluku, Papua bagian selatan dan tengah. Di Indonesia, total populasi yang berisiko terhadap tanah longsor adalah 194 juta orang, dengan perkiraan kerugian ekonomi sebesar US$13 miliar.
Meskipun peta risiko tanah longsor untuk geohazard telah dipublikasikan dan tersedia, dan upaya mitigasinya berada dalam domain publik, tanah longsor masih menimbulkan korban jiwa. Penyebab utamanya adalah: (i) Jumlah pemukiman dan aktivitas masyarakat di wilayah rawan menengah dan tinggi masih terus meningkat, (ii) Peta kerawanan tanah longsor dan EWS (Early Warning System) belum optimal digunakan sebagai database perencanaan dan pengelolaan wilayah. perkembangan. (iii) Pendidikan sekolah dasar tentang bahaya geologi seperti tanah longsor, dan juga manajemen risiko, tidak dimasukkan secara tepat ke dalam kurikulum sekolah.
Salah satu bencana tanah longsor terjadi di Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 2024, setelah sekitar dua jam diguyur hujan. Satu orang meninggal dunia dan sembilan lainnya hilang akibat longsor, sedangkan 400 warga desa harus mengungsi ke tempat penampungan sementara karena puluhan rumah hancur. Penyebab utama terjadinya tanah longsor ini adalah hujan yang terus menerus. Namun permasalahan ini diperparah dengan penggundulan hutan di beberapa tempat, dan hujan berkepanjangan yang membanjiri sebagian wilayah negara kepulauan ini.
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia