Desember 24, 2024

Semarak News

Temukan semua artikel terbaru dan tonton acara TV, laporan, dan podcast terkait Indonesia di

Terobosan Energi Terbarukan di Indonesia? – Diplomat

Tahun 2021 akan menjadi tonggak penting dalam pengembangan energi terbarukan (EBT) di Indonesia. Sepanjang tahun ini, pemerintah telah menerbitkan dua peraturan penting, Peraturan Menteri ESDM Nomor 26/2021, Penerapan Sistem Tenaga Surya Atap dan Rencana Pengadaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030.

Kedua dokumen tersebut memprediksi bahwa pada tahun 2025, energi terbarukan akan tumbuh hingga 23 persen dari keseimbangan energi negara. Poin penting dalam peraturan baru untuk sistem atap surya adalah kemampuan pelanggan untuk mengekspor 100 persen listrik yang dihasilkan oleh panel atap ke perusahaan listrik milik negara PLN. Selanjutnya, rencana RUPTL 2021-2030 menetapkan target ambisius untuk EBT lebih dari 51 persen dari bauran energi nasional pada akhir dekade ini. Bersama-sama, dokumen-dokumen ini meningkatkan harapan bahwa Indonesia dapat segera mematahkan persyaratan yang tidak didukung yang telah menghentikan pertumbuhan EBT.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan energi terbarukan di Indonesia telah menurun karena ketidakpastian peraturan dan iklim investasi yang menarik. Rata-rata, kapasitas terpasang energi terbarukan Indonesia hanya tumbuh 4 persen Untuk tahun pertama 2012. Ini tertinggal jauh di belakang Malaysia, Singapura, Vietnam, India dan Thailand, yang semuanya lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan tahunan. 10 persen Selama periode yang sama. Pada tahun 2018, 46 dari 70 pembangkit listrik independen yang menandatangani perjanjian jual beli listrik (PPA) dengan PLN gagal memenuhi tenggat waktu jatuh tempo keuangan mereka. Juga, hanya dari 2018 hingga 2020 13 PPA BaruS Energi terbarukan ditandatangani. Hal ini diperparah dengan lambatnya kemajuan RUU Energi Terbarukan. Dalam konteks ini, keputusan pemerintah untuk merevisi peraturan atap surya dan secara signifikan meningkatkan target EBT negara dapat menjadi titik balik penting bagi pengembangan EBT Indonesia di masa depan.

RUPTL 2021-2030 baru diluncurkan PLN pada 27 September. Sebagaimana dicatat, Target Energi Terbarukan sebesar 5130 adalah 51,6 persen, meningkat signifikan dari target iterasi RUPTL sebelumnya sebesar 30 persen, yang dirilis pada 2019. Dalam jangka panjang, PLN menargetkan bisa mengekstraksi batu bara secara menyeluruh. Pembangkit listrik pada tahun 2056, melalui mereka Berubah secara bertahapPada Dengan energi terbarukan berbasis baterai. Mayoritas akan dihasilkan dari tenaga air (25,6 persen), tenaga surya (11,5 persen) dan listrik panas bumi (8,3 persen). Peningkatan ET yang signifikan diperkirakan akan dimulai pada tahun 2028 karena kemajuan teknologi dan penurunan harga untuk teknologi baterai.

Dalam bauran listrik Indonesia, tenaga surya merupakan salah satu bentuk EBT yang dominan, termasuk sistem atap surya. Menurut Kementerian ESDM, Indonesia memiliki kapasitas solar roof sebesar 32,5 gigawatt. Pemerintah telah mengatur penerapan panel atap mulai tahun 2018 dan telah menetapkan target pencapaian kapasitas terpasang sebesar 3,6 GW pada tahun 2025. Target utamanya adalah sektor perumahan dan industri, terutama seperti yang ada di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur Sangat tinggi Potensi pasar.

Nikmati artikel ini? Klik di sini untuk berlangganan untuk akses penuh. Hanya $5 per bulan.

Namun, masalah utama pengembangan atap surya adalah biaya muka yang tinggi dan pengembalian investasi yang rendah. Peraturan tersebut diubah dua kali pada tahun 2019 untuk memperkenalkan perubahan kecil yang memungkinkan industri menghitung dan mengisi kapasitas, dan membebankan biaya kepada industri untuk menghubungkan sistem atap surya mereka ke fase PLN. Pemerintah juga telah mencari pendanaan berbunga rendah untuk memasang panel surya di atap. Namun, dalam tiga tahun pertama pelaksanaannya, total kapasitas sistem atap surya hanya mencapai 35 MW. Untuk mempercepat penerapan atap surya, pada kuartal ketiga tahun 2021, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26, yang mengubah peraturan atap surya 2018 sebelumnya, yang meningkatkan persentase tenaga surya yang dapat diekspor ke PLN. dari 65 persen. 100 persen seperti yang disebutkan di atas. Sementara peraturan baru ini masih dalam pembahasan, tidak diragukan lagi akan meningkatkan daya tarik sistem atap surya untuk industri dan pemilik rumah.

Rencana pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan energi terbarukan menimbulkan kontroversi di kalangan pakar energi. Indonesia sebenarnya secara khusus mempertimbangkan untuk memasok lebih banyak listrik sejak tahun lalu. Hal ini terutama disebabkan oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional yang terlalu tinggi dan penurunan permintaan listrik akibat epidemi Pemerintah-19. Dia Ditingkatkan Pinjaman PLN sekitar US$35 miliar pada tahun 2021 karena adanya rencana untuk membeli listrik yang tidak terpakai dari IPP swasta. Oleh karena itu, beberapa ahli berpendapat bahwa penerapan peraturan atap surya baru harus dihentikan agar tidak memperburuk beban utang PLN.

Kekhawatiran lainnya adalah Kekurangan Pengembangan smart grid dan hemat energi dalam jaringan kelistrikan nasional. Rencana pemerintah untuk meningkatkan EBT untuk mengatasi kesenjangan pasokan energi terbarukan perlu ditingkatkan di jaringan listrik. Jika tidak, ketahanan listrik nasional di masa depan akan terancam.

Terlepas dari masalah-masalah di atas, setelah jeda beberapa tahun, Kementerian Energi dan PLN telah berhasil maju ke sektor energi terbarukan di Indonesia. Selain itu, menurut laporan baru-baru ini oleh Presiden China Xi Jinping, ketergantungan jangka panjang Indonesia pada pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi semakin berbahaya. Sumpah Berhenti berinvestasi di pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri. China adalah salah satu investor terbesar di pembangkit listrik tenaga batu bara Indonesia.

Keputusan pemerintah untuk menarik diri dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan fokus pada peningkatan EBT tidak hanya akan memenuhi tujuan pemerintah Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, tetapi juga meningkatkan ketahanan energi nasional dalam jangka panjang. Meski demikian, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terkait finalisasi Peraturan Presiden tentang Aturan Energi Terbarukan dan Mekanisme Harga dan Pembelian Energi Terbarukan. Pemerintah harus membuat peta konversi energi yang optimal agar tidak melebih-lebihkan tekanan lingkungan dan tidak defisit pasokan energi yang dibutuhkan. Kedua dokumen tersebut dapat diserahkan pada akhir tahun ini seperti yang dijanjikan.