Desember 28, 2024

Semarak News

Temukan semua artikel terbaru dan tonton acara TV, laporan, dan podcast terkait Indonesia di

Resensi buku: “Bulan Kita” oleh Rebecca Boyle

Resensi buku: “Bulan Kita” oleh Rebecca Boyle

“Bulan lebih merupakan saudara perempuan daripada satelit,” tulis Boyle, menjelaskan bahwa bulan terbentuk dari awan puing kosmik yang sama dengan yang membentuk Bumi. Gravitasinya tidak hanya menstabilkan iklim kita – menjadikan Bulan sebagai “pemimpin musim” – tetapi juga memungkinkan adanya kehidupan. Sebagai penguasa arus, Bulan menarik organisme primitif ke lautan kaya nutrisi di masa awal Bumi, lalu membawa mereka kembali ke pantai tempat “ikan keluar dari air”.

Namun Boyle, yang tulisan briliannya setenang cerita pengantar tidur, melukiskan bulan lebih dari sekadar mesin fenomena fisik. Manusia, katanya, selalu mencari tetangga terdekat kita di surga untuk memahami posisi kita di bawah mereka. “Sama seperti Bulan yang memantulkan cahaya Bumi, peran pentingnya dalam sains modern adalah menceritakan kisah kita,” tulisnya.

Manusia purba menggunakan bulan untuk mengeksploitasi waktu, membuka jalan bagi sistem terorganisir seperti pertanian dan agama (banyak di antaranya yang memuja bulan sebagai dewa). Pada saat Galileo diadili karena mengklaim bahwa Bumi bukanlah pusat tata surya kita—yang ia temukan sebagian dengan melacak pergerakan Bulan—Bulan sudah terpisah dari alam semesta. Orang-orang mulai berpikir tentang tujuan sebenarnya dari Bulan, dan tentang tempat kita di alam semesta—gagasan yang mendalilkan “bulan kita” adalah benih pemikiran filosofis awal dan observasi ilmiah.

Terkadang, narasinya melenceng jauh dari topik sehingga saya bertanya-tanya: Apa hubungannya dengan bulan? Namun, sama seperti bulan yang selalu muncul di langit kita, Boyle juga kembali ke pokok bahasannya. Selalu ada hubungan yang harus dibangun, baik secara fisik, spiritual, intelektual, atau mitologis.

Hal ini membawa kita melampaui Zaman Eksplorasi, ketika pergi ke Bulan menjadi simbol penjajahan wilayah baru, ke Zaman Apollo, ketika Bulan menjadi tanda superioritas politik. Boyle menemukan bulan di tempat yang tidak pernah terpikir olehku untuk melihatnya. Dia meyakinkan saya bahwa meskipun hubungan kita dengan bulan selalu berubah, bulan tetap menjadi sumber pengetahuan, keajaiban, dan pengaruh—dan bulan tidak pernah membosankan.