Desember 26, 2024

Semarak News

Temukan semua artikel terbaru dan tonton acara TV, laporan, dan podcast terkait Indonesia di

Net Liability IIP Indonesia Menurun pada 2021: BI

Net Liability IIP Indonesia Menurun pada 2021: BI

Jakarta (ANTARA) – Net Liability Indonesia International Investment Status (IIP) akan turun menjadi US$278,6 miliar atau 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2021, menurut Bank Indonesia (BI).

IIP Indonesia akan memiliki kewajiban bersih sebesar $280 miliar, atau 26,4 persen dari PDB, pada tahun 2020.

Penurunan kewajiban bersih IIP pada tahun 2021 dipicu oleh peningkatan aset keuangan luar negeri (AFLN) yang melampaui peningkatan kewajiban keuangan luar negeri (KFLN), kata Erwin Hariono, direktur utama/ketua divisi komunikasi BI. Laporan itu dirilis pada hari Jumat.

Pada tahun 2021, AFLN naik menjadi US$26,5 miliar atau 6,6 persen (y/tahun), didorong oleh aset investasi lainnya dan cadangan devisa, sedangkan KFLN meningkat US$25,1 miliar atau 3,7 persen (yoy) melalui investasi langsung dan motivasi. Kewajiban Investasi Portofolio.

Dengan demikian, kewajiban bersih IIP Indonesia meningkat dari US$277,3 miliar pada kuartal ketiga 2021 atau 24,2 persen dari PDB menjadi US$278,6 miliar pada kuartal keempat 2021 atau 23,5 persen dari PDB.

Dia mengaitkan peningkatan kewajiban bersih IIP pada kuartal keempat tahun 2021 dengan peningkatan status KFLN dan penurunan status AFLN.

Level KFLN naik 0,1 persen menjadi $709,6 miliar pada kuartal keempat tahun 2021, dibandingkan dengan $709,2 miliar pada kuartal ketiga tahun 2021.

Peningkatan tersebut didorong oleh aliran masuk investasi langsung berupa saham-saham dengan kepercayaan investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik.

Selain itu, hal tersebut merupakan dampak positif dari revaluasi instrumen keuangan domestik yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja saham dan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sementara itu, level AFLN pada kuartal IV 2021 turun 0,2 persen dari US$ 431,9 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi US$ 431 miliar.

Penurunan aset investasi lainnya disebabkan oleh simpanan sektor swasta domestik di bank asing, kebutuhan keuangan untuk kegiatan ekonomi dan penurunan cadangan devisa karena pembayaran utang pemerintah.

Penurunan posisi AFLN diimbangi oleh revaluasi positif akibat kenaikan rata-rata indeks saham dan harga properti lainnya di negara-negara tenaga kerja.

Oleh karena itu, BI meyakini pertumbuhan IIP pada triwulan IV tahun 2021 dan sepanjang tahun 2021 akan terkendali dan mendukung resesi eksternal yang akan menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2020, yang tercermin dari rasio IIP terhadap PDB sebesar 2021.

Selain itu, 93,9 persen kewajiban IIP Indonesia didominasi oleh instrumen jangka panjang, terutama investasi langsung.

Ke depan, BI berharap IIP Indonesia dapat terkendali seiring perjuangan negara untuk pulih dari wabah COVID-19 yang didukung oleh kombinasi kebijakan pemerintah dan otoritas terkait lainnya.

Berita Terkait: Ketidakseimbangan ekonomi global akan berlanjut pada 2022: BI
Berita Terkait: BI telah memperkirakan inflasi 0,54% untuk bulan Maret
Berita Terkait: BI menurunkan perkiraan pertumbuhan global karena konflik Rusia-Ukraina