JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan Indonesia mempunyai potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya secara berkelanjutan dan menghasilkan pendapatan dari penjualan karbon.
Berdasarkan riset berbagai perusahaan, termasuk Mc Kinsey Indonesia, diperkirakan memiliki solusi berbasis alam (NBS) atau pendekatan berbasis lingkungan (EBA) yang bisa mencapai 1,5 GT CO2eq per tahun atau sekitar Rp112,5 triliun atau 7,1 miliar dolar AS.
“Kami berjuang untuk masa depan net-zero. Mengacu pada konsensus COP28 UEA, semua pihak berkomitmen untuk melakukan transisi dari bahan bakar fosil, mempercepat pengurangan emisi NDC yang ambisius dan hemat biaya, penerapan energi terbarukan tiga kali lipat, dan efisiensi energi dua kali lipat pada tahun 2030,” Lubhud ungkapnya dalam keterangannya, Minggu, 19 Mei.
Menurut Luhut, Indonesia mempunyai potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya secara berkelanjutan dan memperoleh pendapatan dari penjualan karbon melalui mekanisme carbon pricing yang berstandar internasional.
“Indonesia diberkati dengan sumber daya alam yang sangat besar yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perubahan iklim. Berdasarkan beberapa penelitian, termasuk McKinsey, pada tahun 2023 Indonesia memiliki potensi solusi berbasis alam (NBS) atau pendekatan berbasis ekosistem (EBA). hingga 1,5 GT CO2eq per tahun sekitar 112,5 triliun rupiah atau 7,1 miliar dollar AS,” kata Luhut.
Luhut juga menyinggung inisiatif Indonesia di sela-sela KTT G20 yaitu Global Blended Finance Alliance (GPFA) yang menurutnya juga bisa menjadi solusi dalam mengatasi tantangan perubahan iklim global.
Menurut Luhut GBFA, hal tersebut juga mendukung pencapaian SDGs bagi negara berkembang, LDCs, negara kepulauan dan South Global Cooperation.
“Melalui GPFA, kami meletakkan dasar bagi perubahan transformatif dengan memanfaatkan perpaduan keuangan dan pengetahuan masa depan untuk mempercepat nilai dan investasi di sektor-sektor ekonomi utama seperti energi, hutan, ekonomi biru, ekosistem bakau dan kelautan, kesehatan dan keberlanjutan infrastruktur, serta pariwisata. Luhut menjelaskan.
Luhut menambahkan, GBFA bukan hanya solusi untuk mengatasi transisi energi, namun Indonesia memimpin dalam bidang hutan dan lahan basah sebagai bagian dari solusi aksi iklim berbasis alam.
Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berharap dapat membantu Indonesia mewujudkan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
“Kami yakin G20 Poly Global Blended Finance Alliance (GPFA) akan mendukung rencana kami untuk mewujudkan net zero emisi pada tahun 2060,” kata Arifin.
Untuk itu, Arifin mengatakan NZE pemerintah akan melakukan diversifikasi energi dengan mendorong penggunaan sumber energi terbarukan.
“Meski terdapat tantangan, kami yakin tujuan dapat tercapai dan roadmap dapat dilaksanakan,” pungkas Arifin.
Kunci untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 adalah diversifikasi energi. Dengan komitmen dan kerja sama semua pihak, tujuan tersebut dapat tercapai dan Indonesia dapat bergerak menuju masa depan energi yang bersih dan berkelanjutan.
Tag: Luhut Binsar Bandjaitan Kemenko Marvs
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia