Pengumuman baru-baru ini bahwa Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar, yang juga dikenal sebagai Kak Imin, akan mencalonkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) merupakan sebuah kejutan dalam politik Indonesia. Aliansi ini mempertemukan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Kebangkitan Bangsa (BKP), yang merupakan gabungan partai-partai yang sering dianggap berbeda ideologi.
Anies Baswedan memiliki ikatan sejarah dengan PKS, sebuah kelompok politik yang berakar kuat pada gerakan Islam modernis dan dikenal dengan keyakinannya yang sangat konservatif. Ia memenangkan pemilihan gubernur Jakarta pada tahun 2017 dengan menggunakan politik identitas Islam, yang sering dianggap sebagai strategi yang memecah belah. Sementara itu, Keg Imin juga menghadapi kontroversi; Ia pernah terlibat skandal korupsi pada tahun 2012 saat menjabat Menteri Tenaga Kerja dan Permutasi.
Selain itu, Cak Imin juga didukung oleh Nahtlatul Ulama (NU), sebuah organisasi sosial keagamaan yang memiliki banyak pengikut Islam tradisional. Oleh karena itu, kemitraan Anis-Muhaim mungkin mewakili pertemuan historis antara bentuk Islam modernis dan tradisionalis di sisi berbeda dalam spektrum politik Indonesia. Namun, masih harus dilihat apakah persatuan ini benar-benar akan mengurangi kesenjangan atau memperburuk ketegangan yang sudah ada.
Di atas kertas, pasangan Anies-Muhaimin mewakili aliansi yang menarik antara faksi Islam modernis dan tradisionalis di Indonesia. Meskipun PKS condong pada penegakan syariah yang ketat, bentuk Islam yang didukung oleh NU lebih pluralistik, koheren, dan inklusif. Aliansi ini dapat menyatukan pandangan-pandangan yang berbeda dan menyediakan platform politik dan budaya baru yang terpadu.
Namun, aliansi tersebut sering kali berisiko runtuh karena perpecahan ideologi yang mempengaruhi tata kelola dan perumusan kebijakan sosial. Anees dan Kaek Imin adalah individu yang rumit dan memiliki beban politik, dan setiap kesalahan langkah yang dilakukan oleh salah satu dari mereka akan mengasingkan basis masa depan mereka.
Untuk mencapai keberhasilan pemilu, koalisi harus meyakinkan masyarakat yang skeptis bahwa ini bukan sekadar oportunisme politik, namun koalisi yang sejati. Dengan jaringan akar rumput NU dan kekuatan organisasi PKS, koalisi ini akan kuat – namun hanya jika berhasil menjembatani kesenjangan ideologis yang ada.
Data survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 3-9 Agustus memberikan gambaran sekilas penerimaan masyarakat terhadap pasangan Anies-Muhaimin. Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa kandidat lain mencalonkan diri untuk Anies Baswedan, pemimpin Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan persetujuan 22 persen. . Muhaimin Iskandar berada di urutan keenam dengan tingkat persetujuan hanya 2,6 persen.
Sementara itu, jajak pendapat terpisah yang dilakukan Survei Litbang Kompas pada 27 Juli hingga 7 Agustus 2023 menunjukkan Anis tertinggal dari kedua calon presiden tersebut, dengan dukungan responden hanya 12,7 persen. Diikuti oleh Kanchar Pranovo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memperoleh 24,9 persen dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, ketua umum Partai Gerindra, yang memperoleh 24,6 persen.
Data ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas pemilu aliansi tersebut. Kombas mengatakan, “Potensi kemenangan Anis-Muhaimin terbilang rumit” karena kedua calon memiliki kemampuan seleksi yang memadai. Walaupun gerakan-gerakan akar rumput sering kali berkembang karena adanya kemungkinan-kemungkinan baru, angka-angka ini menunjukkan bahwa aliansi ini belum mampu menarik imajinasi para pemilih di Indonesia seperti yang diharapkan dari aliansi yang menjanjikan tersebut.
Untuk membedah lebih jauh fenomena Anies-Muhaimin, penting untuk mempertimbangkan implikasi akar rumput dari aliansi ini. NU dan PKS mempunyai pandangan berbeda mengenai peran Islam dalam kehidupan sehari-hari, dan perbedaan ini juga berdampak pada rata-rata pemilih. Meskipun akar rumput PKS dimobilisasi untuk isu-isu ortodoksi agama, basis NU umumnya lebih peduli pada kesejahteraan sosial dan pembangunan sosial. Menjembatani kesenjangan di tingkat pemilih adalah tugas berat yang memerlukan strategi penyampaian pesan yang canggih dan disesuaikan. Mengabaikan dinamika tingkat mikro ini dapat menyebabkan kekecewaan dan terkikisnya dukungan pemilu.
Aliansi Anies-Muhaimin juga dapat berdampak signifikan terhadap kebijakan luar negeri Indonesia dan perannya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan organisasi-organisasi Islam, terutama karena PKS mengadvokasi penerapan hukum Syariah yang ketat. Aliansi ini memerlukan pendekatan kebijakan luar negeri yang berbeda, berupaya untuk mendamaikan pandangan Islam modernis dan tradisional. Hal ini penting dalam mengatasi permasalahan seperti krisis Rohingya, hubungan dengan negara-negara Timur Tengah dan peran Indonesia dalam keuangan Islam.
Sikap koalisi terhadap kesetaraan gender dan hak-hak minoritas juga akan diawasi dengan ketat. Meskipun PKS memiliki pandangan konservatif terhadap isu-isu perempuan, NU telah menunjukkan keinginan yang lebih besar untuk bersikap inklusif. Pendekatan gabungan mereka akan mempengaruhi kredibilitas dalam negeri dan membentuk reputasi internasional Indonesia sebagai negara Islam moderat.
Pasangan Anies-Muhaimin pada pemilu presiden tahun 2024 merupakan pertaruhan politik yang sangat berani – yang berpotensi mengubah lanskap ideologi Indonesia. Meskipun aliansi ini menjanjikan untuk menyatukan pemikiran Islam modernis dan tradisional, tantangannya sangat besar. Mendamaikan perbedaan ideologi yang mengakar dan memenangkan kepercayaan pemilih yang skeptis merupakan hambatan yang tidak hanya terbatas pada karisma atau keterampilan para kandidat.
Aliansi ini mewakili eksperimen politik yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebuah upaya berani untuk memadukan berbagai visi Islam Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh. Namun, sejarah memberikan banyak contoh aliansi ideologis yang hancur akibat tekanan politik. Akankah aliansi Anis-Muhaim menentang preseden sejarah ini atau menjadi peringatan akan pelanggaran politik?
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia