CNA – Surplus perdagangan Indonesia tahun lalu mencapai US$54,46 miliar seiring dengan kenaikan harga komoditas global dan perang Rusia-Ukraina yang mengganggu rantai pasokan global.
Surplus tersebut meningkat 53,75 persen dari USD 35,42 miliar pada 2021.
Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas seperti batu bara, minyak sawit mentah dan bijih besi serta peningkatan ekspor.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin menunjukkan ekspor 2022 senilai USD291,98 miliar, naik 26,07 persen dari tahun sebelumnya. Impor tahun 2022 senilai USD237,52 miliar, meningkat 21,07 persen dibandingkan tahun 2021.
Di antara mitra dagangnya, Indonesia paling diuntungkan dari perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) dan mengalami defisit bilateral terbesar dengan Australia.
AS menyumbang sebagian besar surplus perdagangan Indonesia secara keseluruhan tahun lalu.
Tidak termasuk produk minyak dan gas, AS mengimpor US$18,89 miliar lebih banyak dari Indonesia daripada mengekspor ke negara Asia Tenggara itu.
Pakaian rajut dan aksesoris menjadi komoditas terbesar yang diimpor dari Indonesia ke AS dengan nilai USD2,86 miliar, diikuti oleh mesin dan peralatan listrik sebesar USD2,83 miliar.
Negara lain yang paling banyak menyumbang surplus perdagangan india adalah India dan Filipina. Tidak termasuk produk minyak dan gas, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar $6 miliar dengan Australia.
Hal ini disebabkan impor batubara dan biji-bijian masing-masing sebesar USD1,93 miliar dan USD1,72 miliar. Itu juga menyebabkan defisit perdagangan yang besar dengan Thailand dan China. Menurut data PBS, ekspor negara tersebut telah melampaui impornya selama 32 bulan berturut-turut.
“Penggemar perjalanan. Pembaca yang sangat rendah hati. Spesialis internet yang tidak dapat disembuhkan.”
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia