Desember 31, 2024

Semarak News

Temukan semua artikel terbaru dan tonton acara TV, laporan, dan podcast terkait Indonesia di

Sebuah desa nelayan di Indonesia berjuang dengan tumpukan sampah yang terbawa ombak

Sebuah desa nelayan di Indonesia berjuang dengan tumpukan sampah yang terbawa ombak

Teluk, Indonesia: Solika, seorang ibu rumah tangga Indonesia yang telah tinggal di desa nelayan Teluk selama 40 tahun, menangis sambil menunjuk sampah yang menumpuk di pantai dekat rumahnya selama 40 tahun.

Teluk, di provinsi Banten, Indonesia, di tepi barat pulau Jawa, memiliki salah satu pantai paling kotor di negara ini, karena hujan lebat telah menyebabkan gelombang besar, yang menurut penduduk desa terdampar di pantai.

“Anda tidak bisa memprediksi cuaca,” kata Solikah, 58 tahun.

Indonesia memperkirakan musim kemarau ringan tahun ini, dengan awal yang lebih lambat dari biasanya pada bulan Mei dan Juni di Pulau Jawa, kata badan cuaca setempat.

Fikri Jufri, salah satu komunitas yang fokus pada pembersihan pantai di Teluk, mengatakan hujan telah menumpuk sampah.

“Setiap tahun, hujan dan angin membawa sampah dari laut ke pantai,” katanya, seraya menambahkan bahwa sampah plastik telah mengalir melalui sungai ke laut selama bertahun-tahun, namun air pasang membawanya kembali ke pantai.

Kotak biskuit dan sikat gigi, bungkus mie instan atau bahkan sandal sering berserakan di pantai tempat tinggal penduduk desa di tepi pantai.

Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar di dunia.

Tahun lalu, video aktivis lingkungan muda yang menumpuk berton-ton sampah dalam bahasa Telugu menjadi viral di aplikasi media sosial TikTok.

Meskipun terdapat limbah, keluhan terbesar nelayan setempat adalah cuaca yang tidak menentu mempengaruhi penghidupan mereka.

Zeyadi, 33, mengatakan air pasang saat hujan menghalanginya untuk pergi memancing. Ia menyesalkan dampaknya terhadap pendapatan saat keluarganya bersiap merayakan Idul Fitri bulan depan.

Jika situasi ini terus berlanjut, banyak warga desa yang menangis karena tidak mampu membeli beras, katanya. “Tahun lalu saat ini laut tenang, jadi kami bisa melihat ikan, cumi-cumi.”

(Diterbitkan 19 Maret 2024, 08:08 IST)