Serangan dunia maya terhadap pusat data nasional Indonesia menyusupi ratusan kantor pemerintah dan menyebabkan penundaan yang lama di bandara utama ibu kota, dan peretas menuntut uang tebusan sebesar $8 juta, kata para pejabat pada hari Senin.
Serangan menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh kelompok ransomware Rusia LockBit pekan lalu menyebabkan antrian panjang di gerbang imigrasi Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.
Serangan itu “menimbulkan dampak pada 210 perusahaan di tingkat nasional dan lokal,” kata pejabat senior Samuel Aprijani Bangerappan kepada wartawan pada hari Senin, seraya menambahkan bahwa seorang peretas web gelap telah meminta uang tebusan sebesar $8 juta.
Dia menambahkan bahwa layanan imigrasi kembali normal pada Senin pagi dan upaya sedang dilakukan untuk memulihkan layanan lain yang terkena dampak.
Pihak berwenang masih menyelidiki ransomware, yang dikenal sebagai Brain Cipher, yang membuat data pemerintah tidak dapat diakses karena enkripsi, katanya.
Lockbit dan afiliasinya telah menargetkan pemerintah, perusahaan besar, sekolah dan rumah sakit, menyebabkan kerugian miliaran dolar dan memulihkan jutaan korban.
Biasanya, program mereka — setelah dimasukkan ke dalam sistem TI target oleh operator ransomware — membekukan file dan data target melalui enkripsi.
Amerika Serikat, Inggris dan Australia bulan lalu mengeluarkan sanksi terhadap pimpinan Lockbit, yang mereka tuduh memeras miliaran dolar dari ribuan korban.
Kelompok ini bertanggung jawab atas hampir semua serangan ransomware di seluruh dunia tahun lalu, dan memeras “lebih dari $1 miliar dari ribuan korban di seluruh dunia,” menurut pemerintah Inggris.
Menurut Europol, lembaga penegak hukum Uni Eropa, lima negara teratas yang terkena dampak Lockbit adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, dan Tiongkok.
Indonesia memiliki catatan keamanan siber yang lemah, literasi online yang buruk, dan seringnya terjadi pelanggaran.
Pada tahun 2021, selama pandemi Covid-19, para peneliti di penyedia enkripsi vpnMentor mengungkapkan bahwa data 1,3 juta pengguna aplikasi pemeriksaan dan penelusuran pemerintah telah disusupi.
Pengungkapan ini terjadi beberapa bulan setelah peretas diduga membocorkan data lebih dari 200 juta peserta Badan Kesehatan dan Jaminan Sosial Nasional (BPJS Kesehatan).
(Selain judulnya, cerita ini tidak diedit oleh staf NDTV dan diterbitkan dari feed sindikasi.)
Video unggulan hari ini
“Penggemar perjalanan. Pembaca yang sangat rendah hati. Spesialis internet yang tidak dapat disembuhkan.”
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia