Jakarta. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia pada hari Jumat memberikan update terbaru tentang proposal Indonesia untuk kartel nikel global, mengatakan telah mengadakan pembicaraan serius dengan beberapa negara yang tidak disebutkan namanya.
Indonesia yang kaya sumber daya mengusulkan sekelompok negara penghasil nikel yang akan bertindak seperti Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). OPEC mengatakan bertujuan untuk menjaga pasar minyak tetap stabil dengan mengoordinasikan kebijakan perminyakan negara-negara anggotanya. Indonesia ingin melihat kelompok serupa untuk nikel, bahan baku utama baterai kendaraan listrik (EV).
“Ada tiga negara yang sudah aktif kami komunikasikan,” kata Bahlil kepada wartawan di Jakarta, Jumat, mengomentari kiprah grup nikel ala OPEC itu.
Namun, menteri menolak untuk mengungkapkan nama-nama negara tersebut. Ketika ditanya tentang tanggapan awal mereka terhadap proyek tersebut, Bahlil mengatakan: “[they thought] Itu ide yang bagus, tapi kami masih perlu mengerjakan detail proposalnya.”
Presiden Joko “Jokowi” Widodo mencoba menciptakan kartel nikel ala OPEC pada KTT G7 di Hiroshima bulan lalu. Jokowi mengatakan kepada para pemimpin dunia tentang strategi hilirisasi industri Indonesia, di mana negara lebih memilih untuk mengolah mineral mentah di dalam negeri daripada mengirimkan bijih mentah.
“Saya percaya negara-negara G7 dapat bermitra dalam industri ini [policies]. Saatnya membentuk kelompok seperti OPEC untuk produk lain seperti nikel dan minyak sawit,” kata Jokowi di KTT G7, seperti dikutip Sekretariat Presiden.
Menurut laporan US Geological Survey 2023, Indonesia dan Australia menyandang predikat sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Kedua negara tersebut memiliki cadangan nikel masing-masing sebesar 21 juta metrik ton. Tambang di Indonesia diproyeksikan menghasilkan 1,6 juta metrik ton logam perak pada tahun 2022. Produksi tambang nikel di Australia mencapai 160.000 ton pada tahun itu.
Bahlil mengusulkan kartel nikel kepada Menteri Perdagangan Internasional Kanada Mary Ng di sela-sela KTT G20 tahun lalu. Data Survei Geologi AS menempatkan cadangan nikel Kanada sebesar 2,2 juta metrik ton, dengan produksi tambang diharapkan mencapai 130.000 metrik ton pada tahun 2022.
“Saat ini negara-negara produsen kendaraan listrik bersifat proteksionis. Akibatnya, negara penghasil bahan baku baterai gagal menikmati nilai tambah yang optimal dari industri EV. Kami yakin semua negara penghasil nikel bisa mendapatkan keuntungan dari nilai tambah yang merata,” kata Bahlil seperti dikutip kantor berita Antara, November lalu.
Baca juga: Indonesia usulkan grup nikel mirip OPEC di KTT G7
Tag: Kata kunci:
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia