September 29, 2024

Semarak News

Temukan semua artikel terbaru dan tonton acara TV, laporan, dan podcast terkait Indonesia di

Indonesia menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat di dunia pada tahun 2025 |  Resiko & Kontra

Indonesia menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat di dunia pada tahun 2025 | Resiko & Kontra

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Indonesia akan menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat di dunia pada tahun depan, sejalan dengan ambisi negara untuk menjadi pemimpin dalam produksi baterai dan kendaraan listrik.

Irwandi Arif, pakar Menteri Percepatan Pengelolaan Mineral dan Batubara ESDM, mengatakan proyek tersebut mendukung upaya strategis negara untuk menjadi produsen utama baterai dan kendaraan listrik.

“Jika kita menjadi produsen terbesar keempat, kita berharap bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri untuk pengembangan industri strategis tersebut,” kata Irwandi saat ditemui di Kementerian ESDM di Jakarta, Jumat, 21 Juni 2024.

Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk memproduksi 400.000 kendaraan listrik pada tahun 2025, yang diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun berikutnya, sehingga mendorong permintaan katoda tembaga.

Sentimen serupa juga disampaikan oleh Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Venas, yang mengatakan tingginya permintaan tembaga saat ini akan memberikan keuntungan besar bagi Indonesia.

“Dengan tingginya permintaan tembaga, ini merupakan posisi yang menguntungkan bagi Indonesia,” kata Tony.

Indonesia dapat mencapai peringkat tersebut melalui beroperasinya dua perusahaan, PT Freeport Indonesia dan Amman Mineral. Kedua perusahaan saat ini sedang mengembangkan fasilitas peleburan dan pemurnian tembaga.

Beroperasinya secara penuh smelter ini akan memungkinkan Indonesia bergabung dengan jajaran produsen katoda tembaga besar seperti Tiongkok, Chile, Kongo, Jepang, dan Rusia.

Tony menegaskan, permintaan tembaga akan semakin meningkat karena permintaan dari pembangkit energi terbarukan. Pembangkit listrik tenaga air membutuhkan 1,5 ton tembaga per MW, sedangkan pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan empat ton tembaga per MW.

“Kendaraan listrik membutuhkan tembaga empat kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional. Jadi potensi tembaga ke depan sangat menjanjikan,” pungkas Tony.

READ  Merangkul Ritel Hyperlocal di Indonesia