Kementerian Keuangan Indonesia telah merilis insentif pajak baru untuk mendorong produksi dan penjualan kendaraan listrik di dalam negeri.
Konsesi tersebut mencakup penghapusan pajak barang mewah atas kendaraan listrik pada tahun 2024, pembebasan pajak impor hingga tahun 2025, dan pengurangan pajak pertambahan nilai atas penjualan kendaraan listrik.
Indonesia ingin memanfaatkan cadangan nikel terbesar di dunia untuk membangun rantai pasokan kendaraan listrik domestik yang terintegrasi. Pemerintah mempunyai target ambisius untuk menjadi produsen baterai listrik terbesar ketiga di dunia pada tahun 2027 dan memproduksi kapasitas baterai listrik sekitar 140GWh per tahun pada tahun 2030.
Selain itu, Indonesia juga menargetkan memproduksi 600.000 kendaraan listrik pada tahun 2030.
Insentif PPN untuk produksi kendaraan listrik dengan kandungan lokal
Pajak pertambahan nilai (PPN) akan diturunkan dari 11 persen menjadi 1 persen bagi konsumen yang membeli mobil listrik dengan lebih dari 40 persen komponen diproduksi di Indonesia. Manfaat pajak ini berlaku hingga Desember 2024.
Permintaan konten lokal akan meningkat secara bertahap hingga 60 persen pada tahun 2027.
Bus listrik yang dibangun dengan komponen lokal 20 hingga 40 persen akan mendapat subsidi PPN lima persen, sehingga konsumen hanya membayar tarif PPN enam persen.
Insentif pajak penjualan barang mewah
Perusahaan yang mengimpor kendaraan listrik roda empat full-built (CBU) tertentu akan memenuhi syarat untuk mendapatkan pembebasan pajak penjualan barang mewah dan pembebasan bea masuk. Selain itu, perusahaan yang menawarkan kendaraan listrik roda empat yang sepenuhnya knock-down (CKD) juga akan memenuhi syarat untuk pembebasan pajak penjualan barang mewah, namun kendaraan ini harus dibuat dengan 20 hingga 40 persen komponen lokal.
Selain itu, dunia usaha harus mematuhi kriteria investasi agar memenuhi syarat untuk mendapatkan insentif. Ini termasuk:
- membangun fasilitas manufaktur kendaraan listrik di Indonesia;
- Perusahaan akan mendirikan fasilitas manufaktur di Indonesia untuk produksi kendaraan bermesin pembakaran internal, yang produksinya akan diubah sebagian atau seluruhnya menjadi kendaraan EV; dan/atau
- Perusahaan berinvestasi pada fasilitas manufaktur kendaraan listrik yang ada untuk meningkatkan produksi dan memproduksi produk baru.
Fasilitas ini akan tersedia sampai Desember 2024.
Strategi Industri Baterai Listrik Indonesia
Investor asing akan menemukan peluang investasi di seluruh rantai pasokan kendaraan listrik di Indonesia, baik itu berinvestasi di pabrik peleburan nikel atau membangun operasi manufaktur baterai dan kendaraan listrik. Negara ini secara ambisius merencanakan arah dalam industri kendaraan listrik, dengan target mencapai 2,5 juta pengguna kendaraan listrik pada tahun 2025.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yakni sebesar 21 juta ton, yang mencakup sekitar 22 persen cadangan global. Negara ini juga merupakan produsen logam terkemuka di dunia, dengan produksi diperkirakan mencapai 1 juta ton pada tahun 2021.
Meskipun 70 persen dari seluruh penggunaan nikel digunakan untuk sektor baja tahan karat, permintaan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik terus meningkat. Permintaan baterai listrik ini diperkirakan akan mencapai sepertiga dari total permintaan nikel pada tahun 2030, terutama karena negara-negara di seluruh dunia mengurangi emisi karbon dan mencapai tujuan net-zero mereka. Oleh karena itu, Indonesia menyadari besarnya peluang ekonomi yang ditawarkan dan berfokus pada peningkatan kapasitas produksi dalam rantai pasokan kendaraan listrik dan menjadi pusat manufaktur baterai kendaraan listrik.
Produsen kendaraan listrik global, termasuk Tesla dari Amerika dan BYD dari Tiongkok, dikatakan sedang menyelesaikan kesepakatan untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, untuk melengkapi industri baterai berbasis nikel, negara ini juga mengembangkan kilang litium dan fasilitas produksi bahan anoda. Secara historis, pabrik peleburan nikel di Indonesia telah dilengkapi untuk memproduksi nikel Kelas 2 (feronikel/pig iron), sedangkan produksi katoda baterai memerlukan nikel Kelas 1 yang mengandung setidaknya 99,8 persen nikel.
Namun, Indonesia tidak memiliki cadangan litium yang kaya. Australia memasok setengah dari litium dunia dan dapat mengekspor mineral tersebut ke Indonesia. Sebagian besar ekspor litium Australia saat ini ditujukan ke Tiongkok.
Menteri Kelautan dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Bandjaitan mengatakan pemerintah berencana mengimpor 60.000 ton litium dari Australia mulai tahun 2024.
Kesimpulan
Kesimpulannya, sikap proaktif Indonesia dalam mempromosikan produksi kendaraan listrik (EV) dan mengembangkan rantai pasokan EV dalam negeri yang kuat menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah dan keunggulan strategisnya. Dengan menawarkan keringanan, pengecualian, dan insentif pajak, pemerintah bertujuan untuk menarik investasi dalam dan luar negeri, sehingga memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci di pasar kendaraan listrik global.
tentang kami
Disiapkan oleh Pengarahan ASEAN Desan Shira & Rekan. Perusahaan ini melayani investor asing di seluruh Asia dan memiliki kantor di seluruh ASEAN Singapura, Hanoi, Kota Ho Chi MinhDan Da Nang Selain itu, di Vietnam Jakarta, di Indonesia. Kami juga memiliki perusahaan mitra MalaysiaItu FilipinaDan Thailand Serta praktik kami Cina Dan India. Silakan hubungi kami di [email protected] atau kunjungi situs web kami www.dezshira.com.
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia