JAKARTA: Kamis (8/8) menjadi hari emas Olimpiade Indonesia, lifter Risky Juniansya dan speed climbing Vedric Leonardo meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024. Sebuah permainan yang diabaikan.
Indonesia pertama kali meraih dua medali emas pada Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol.
Risky meraih medali terbaru dalam debut Olimpiadenya saat ia mengangkat total beban 354 kilogram di kategori 73kg putra untuk mengalahkan juara bertahan Shi Xiong dari Tiongkok.
“Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengukir sejarah dengan medali emas pertama di cabang angkat besi [for Indonesia] di Olimpiade,” kata Riski dalam keterangan Komite Olimpiade Indonesia (IOC), Jumat.
“Terima kasih. Ini untuk HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-79.”
Risky mencapai 155kg dalam angkatannya, 10kg di belakang Shi. Namun lifter Tiongkok itu tidak dapat menyelesaikan satu pun usahanya di kelas 191kg.
Sedangkan Risky mengangkat beban 199 kg pada angkatan clean and jerk untuk meraih medali emas sekaligus mencetak rekor Olimpiade.
“Saat saya tertinggal di angkatan merebut, saya gugup,” kata Riski dalam keterangan Komite Olimpiade Indonesia (IOC), Jumat.
“Tapi aku berhasil menjadikan diriku dan jiwaku bersih dan bodoh.”
Namun Banten, lifter asal Serang, memberikan penghormatan kepada Shi yang bersimpati dengan perjuangannya di tim clean and jerk.
“Saya terharu karena dia teman baik saya. Dia senior saya,” ujarnya.
“Saya menghormatinya karena berpartisipasi di Olimpiade tiga kali dan memenangkan dua medali emas.”
Medali emas yang diraih Risky diraih setelah pemanjat cepat Wetrik merebut medali emas pertama Indonesia di Paris, Kamis dini hari.
Itu merupakan emas pertama Indonesia di cabang speed climbing.
Pemain berusia 27 tahun itu mengalahkan Wu Peng dari Tiongkok dengan selisih dua per seratus detik, memanjat tembok setinggi 15m di Le Bourget dalam waktu 4,75 detik.
“Ini merupakan cabang olahraga baru, namun memberikan kami kepercayaan diri yang dapat kami buktikan dengan meraih medali emas,” kata Wedrick seraya menambahkan rasa syukur dan bangga atas pencapaian tersebut.
Dia berterima kasih kepada staf pelatih dan keluarga serta teman-temannya atas dukungan mereka.
Vedrik juga menjadi peraih medali emas pertama Indonesia pada cabang olahraga selain bulu tangkis.
Lebih baik dari medali pertama Indonesia di Paris 2024 di Tokyo, perunggu Gregoria Mariska Tunjung di bulu tangkis tunggal putri.
Gregoria meraih medali tersebut setelah Carolina Marin dari Spanyol mengundurkan diri dari kompetisi karena cedera lutut.
Mundurnya dia otomatis menempatkan Gregoria di peringkat ketiga ajang tersebut.
Itu merupakan medali pertama Indonesia sejak Olimpiade Beijing 2008. Hingga Jumat sore, dengan dua medali emas dan satu perunggu, Indonesia duduk di urutan ke-28 menurut negara dalam tabel perolehan medali Paris 2024.
Dengan lifter Nurul Akmal yang berlaga di nomor 81kg putri pada Minggu, negara berpeluang menambah satu medali lagi.
Perolehan medali Indonesia saat ini lebih tinggi dibandingkan peringkat terakhirnya di Tokyo 2020 yang finis di peringkat 57 dengan raihan satu emas, satu perak, dan tiga perunggu.
Terakhir kali Indonesia meraih lebih dari satu emas adalah di Barcelona pada tahun 1992, ketika Susi Susanti dan Allan Budikusuma, yang kemudian menikah, masing-masing meraih juara utama bulutangkis tunggal putri dan putra.
Anindya Bakri, Chef de Mission Indonesia untuk Paris 2024, mengatakan dalam pernyataannya, “Indonesia patut bersyukur memiliki sejarah medali emas di luar bulu tangkis.
“Kemenangan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing dengan siapapun [athletes from] Amerika dan China,” lanjutnya.
Guru Besar Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Joko Begik Iriando mengatakan perolehan medali emas speed skating dan angkat besi harus membuka mata terhadap potensi olahraga di luar bulu tangkis di ajang olahraga internasional, apalagi tahun ini negara tersebut hanya meraih sembilan medali bulu tangkis. Atlet berkompetisi dalam enam event.
Namun dia menambahkan bahwa negara tersebut perlu mengirimkan lebih banyak atlet jika ingin lebih banyak medali untuk Olimpiade Musim Panas berikutnya.
“Pelatihan atletik perlu lebih komprehensif, sementara dukungan finansial yang kuat diperlukan karena pengembangan atletik itu mahal,” kata Joko kepada The Jakarta Post pada hari Jumat.
Medali emas pesilat Rizki dan Veddriq yang gugur diraih setelah sejumlah atlet gagal meraih kemenangan akibat cedera.
Peraih medali senior dan Olimpiade yang berisiko, Ego Yuli Irawan, tidak menyelesaikan tidur terakhirnya pada hari Rabu karena cedera pada paha kanannya.
Lifter berusia 35 tahun merupakan lifter tertua pada kategori 61kg putra. Ini adalah Olimpiade kelimanya.
Pendaki cepat Razia Salsabilla, yang menderita cedera punggung, gagal meraih medali perunggu di babak playoff melawan Aleksandra Kalukka dari Polandia.
Rifta Irfanaludfi, pesenam Olimpiade pertama Indonesia, berkompetisi di senam artistik putri di Paris meski mengalami cedera.
Selama penampilannya, pelatihnya, mantan pesenam Eva Novalina Buderbutar, membantunya mencapai mistar gawang. – Jakarta Post/ANN
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia