WASHINGTON — NASA telah memilih SpaceX untuk meluncurkan sepasang satelit kecil guna mempelajari cuaca luar angkasa sebagai bagian dari misi ridesharing pada tahun 2025.
NASA mengumumkan pada 29 September bahwa mereka telah memberikan SpaceX perintah misi untuk meluncurkan satelit pengintai Tandem Reconnection and Space Electrodynamics Reconnaissance (TRACERS), sepasang satelit kecil yang akan mempelajari cuaca luar angkasa dan magnetosfer dari orbit rendah Bumi.
NASA memilih TRACERS pada tahun 2019 sebagai misi Small Heliophysics Explorer, atau SMEX, dengan biaya hanya $115 juta. Pada saat itu, rencananya akan diluncurkan sebagai muatan sekunder dengan misi SMEX lainnya, Polarimeter for Unifying Corona and Heliosphere (PUNCH). Namun, pada Agustus 2022, NASA mengatakan PUNCH akan terbang dengan roket Falcon 9 yang sama dengan misi Astrofisika, Spektrofotometer untuk Sejarah Alam Semesta, Era Reionisasi, dan Penjelajah Es (SPHEREx) badan tersebut pada tahun 2025.
Pengumuman peluncuran Tracers oleh NASA tidak menyebutkan bagaimana pesawat luar angkasa itu akan diluncurkan selain Falcon 9, juga tidak menyebutkan tanggal peluncurannya. TRACERS akan menjadi muatan utama untuk misi ridesharing yang akan memasuki orbit sinkron matahari paling lambat April 2025, kata juru bicara NASA Lejay Lockhart pada 29 September.
Seperti penghargaan sebelumnya yang diberikan melalui kontrak Venture Class Acquisition of Dedicated and Rideshare (VADR), NASA menolak menyebutkan nilai pesanan misi tersebut, dengan mengatakan bahwa informasi tersebut adalah “informasi sensitif terhadap persaingan” yang dapat memengaruhi tawaran pada pesanan misi di masa depan. Menurut database pengadaan pemerintah, NASA menambahkan $3,593 juta ke kontrak VADR SpaceX pada 26 September, tetapi tidak secara eksplisit mengaitkannya dengan perintah misi TRACERS.
Setelah ditempatkan di orbit sinkron matahari, kedua pesawat ruang angkasa tersebut akan berulang kali melintasi batas kutub magnetosfer bumi, di mana garis medan membelok ke kutub utara dan selatan, untuk mempelajari interaksi yang dikenal sebagai rekoneksi magnetik antara angin matahari dan magnetosfer bumi. . .
Misi ini dipimpin oleh David Miles dari Universitas Iowa, yang mengambil alih sebagai peneliti utama setelah kematian Craig Klitzing, juga dari Universitas Iowa, pada bulan Agustus. Pesawat luar angkasa ini sedang dibangun oleh Millennium Space Systems.
More Stories
Roket Falcon 9 SpaceX berhenti sebelum diluncurkan, miliarder dalam misi khusus
Bagaimana lubang hitam bisa menjadi begitu besar dan cepat? Jawabannya terletak pada kegelapan
Seorang mahasiswa Universitas North Carolina akan menjadi wanita termuda yang melintasi batas luar angkasa dengan kapal Blue Origin