Penangkapan Johnny G Blade menodai reputasi Presiden Joko Widodo dalam memerangi korupsi.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia ditangkap terkait kasus korupsi proyek telekomunikasi yang merugikan kas negara lebih dari $500 juta.
Gundadi, Direktur Penyidikan Kejaksaan Agung, mengatakan Johnny G. Blade ditahan Rabu setelah menjalani sidang di Kejaksaan Agung Jakarta.
Rekaman menunjukkan Plate meninggalkan kantor kejaksaan dengan borgol dan narapidana mengenakan setelan merah muda. Dia tidak menjawab pertanyaan wartawan.
Jika dia dijerat secara resmi, akan semakin mencoreng kredibilitas Presiden Joko Widodo dalam pemberantasan korupsi. Baru-baru ini, menteri sosial dan perikanannya dipenjara pada tahun 2021 atas tuduhan korupsi.
Diluncurkan pada akhir 2020 untuk mengatasi lebih dari 7.900 bintik hitam dalam cakupan seluler di wilayah terluar, tertinggal, dan terpencil Indonesia di Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur. Hingga akhir tahun ini, menurut data kementerian, hanya 4.200 tempat yang telah menerima peralatan.
Kasus korupsi diyakini telah merugikan pemerintah 8 triliun rupiah ($539 juta), kata Muhammad Yusuf Athe, kepala kontrol keuangan pembangunan di kantor kejaksaan. Kerugian ini termasuk pembayaran notional untuk BTS yang belum dibangun, katanya.
“Berdasarkan penyelidikan hari ini, kami telah menyimpulkan bahwa ada cukup bukti bahwa dia memang demikian [Plate] Sebuah base transceiver station tertangkap dalam skandal itu,” kata Kuntadi, direktur investigasi kejaksaan untuk kejahatan yang tidak biasa, yang, seperti kebanyakan orang Indonesia, menggunakan satu nama.
Blade ditangkap bersama lima tersangka, termasuk tiga dari pihak swasta, setelah 60 orang diperiksa terkait proses pengadaan.
Penangkapannya juga memicu spekulasi tentang nasib partainya Nasdem, yang merupakan bagian dari koalisi pemerintah dengan tujuh partai lainnya. NasDem sebelumnya telah mendukung politikus oposisi populer, Anies Baswedan, sebagai calon presidennya pada tahun 2024. Widodo menyebut partai itu sebagai “orang luar” dalam koalisi.
Menurut Transparency International, pengawas korupsi global, Indonesia turun empat peringkat ke peringkat 110 dari 180 negara tahun lalu.
“Penggemar perjalanan. Pembaca yang sangat rendah hati. Spesialis internet yang tidak dapat disembuhkan.”
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia