Kemajuan secara keseluruhan
Sejak Januari hingga Juni 2023, Palang Merah Indonesia terus beradaptasi dengan perubahan situasi terkait perubahan iklim. Proyeksi perubahan iklim menunjukkan kemungkinan penurunan curah hujan secara signifikan selama periode El Niño, sehingga meningkatkan kemungkinan kekeringan selama lima tahun ke depan. Kekeringan juga kemungkinan besar menyebabkan kebakaran hutan, kerusakan tanaman, dan polusi udara akibat kabut asap. Hingga Juni 2023, lima provinsi (Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat) terkena dampak kekeringan parah atau berstatus merah (peringatan), menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Arahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga tahun 2024 sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN, 2020 – 2024). Mengutamakan tanggap bencana yang lebih inklusif, efektif dan efisien melalui kerja sama, koordinasi dan investasi di bidang logistik dan fasilitas. Seiring dengan berakhirnya tingkat pandemi Covid-19 dan berakhirnya tanggap penyakit mulut dan kuku (FMD) serta gempa Cianjur pada tahun 2023, Palang Merah Indonesia bersiap menghadapi potensi bencana atau krisis lainnya.
Di tingkat kantor pusat, Palang Merah Indonesia telah melakukan reorganisasi pengurusnya, dan selama masa transisi ini, Komite Teknis Palang Merah Indonesia, IFRC dan Perhimpunan Nasional yang berpartisipasi tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
Menanggapi perubahan iklim dan bencana terkait yang didukung oleh program Forecast-Based Action (FBA) dan Preparedness for Action (CoRTA), Palang Merah Indonesia menyelesaikan rancangan Early Action Protocol (EAP). Palang Merah Indonesia melakukan uji coba ini sebagai anggota aktif Tim Aksi Antisipatif Nasional, yang beranggotakan mitra termasuk lembaga pemerintah seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lokakarya ini menghasilkan pengembangan tindakan awal Prosedur Operasi Standar (SOP) di tingkat daerah di provinsi Kalimantan Selatan. Palang Merah Indonesia memberikan masukan terhadap proses pengintegrasian aksi antisipatif ke dalam rencana pembangunan nasional Indonesia melalui Panitia Kerja Nasional Aksi Antisipatif.
Di bawah Program Epidemiologi Komunitas dan Kesiapsiagaan Epidemi (CP3) jangka panjang, Palang Merah Indonesia meningkatkan upaya surveilans berbasis komunitas (CBS) di 20 desa di enam provinsi: Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Selatan. Sulawesi Sistem surveilans berbasis komunitas yang disebut Satu MBM telah berhasil dikembangkan sebagai alat terintegrasi bagi relawan Palang Merah Indonesia untuk membantu deteksi dini risiko kesehatan di tingkat komunitas. Selama periode pelaporan, sistem mencatat 129 peringatan, peningkatan yang signifikan bagi otoritas kesehatan.
Pada periode pelaporan ini, Palang Merah Indonesia terus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanannya. IFRC dan Perhimpunan Nasional yang berpartisipasi mempertahankan dukungan mereka terhadap Palang Merah Indonesia dengan memastikan tema-tema lintas sektoral dari standar Keterlibatan dan Akuntabilitas Komunitas (CEA) dan Keselamatan, Gender dan Inklusi (PGI). Pada bulan Juni 2023, IFRC menunjuk seorang ahli PGI baru untuk membantu proses pengarusutamaan, termasuk analisis PGI dan pengembangan peta jalan Palang Merah Indonesia.
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia