Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adi S. Luqman prihatin atas dampak signifikan pelemahan rupee terhadap sektor makanan dan minuman yang sangat bergantung pada bahan baku impor seperti susu, gula, dan kedelai. dan gandum.
Luqman mengatakan, industri makanan dan minuman mengimpor 100 persen kebutuhan gula dan gandum, 80 persen kebutuhan susu, dan 70 persen kedelai.
“Karena banyaknya bahan baku dan biaya lainnya yang masih dalam mata uang dolar AS, pelemahan rupiah akan memberikan pukulan berat bagi industri. Selain itu, biaya pengiriman menjadi tiga atau empat kali lipat,” ujarnya seperti dikutip Media Indonesia pada 18 Juni 2024.
Luqman mendesak pemerintah melakukan intervensi untuk menstabilkan rupee terhadap dolar AS, mengingat kenaikan biaya bahan baku akan mengurangi profitabilitas perusahaan.
“Pemerintah harus turun tangan untuk menjaga nilai tukar Rp 16.000 per dolar AS. Kenaikan biaya produksi jelas menggerogoti keuntungan,” ujarnya.
Selain stabilisasi rupee, Luqman juga meminta pemerintah mengkaji ulang aturan penerimaan ekspor (DHE) yang dinilai membebani industri.
Ia juga mengadvokasi promosi ekspor dan upaya penguatan manufaktur hulu untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor.
“Industri juga harus mengantisipasi hal ini dengan meningkatkan efisiensi dan mencari alternatif bahan baku lokal,” ujarnya.
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia