ANN/The Jakarta POST – Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah selama tujuh bulan berturut-turut pada pertemuan moneter bulanannya.
Setelah pertemuan hari Kamis, Gubernur BI Perry Vargio memberi penjelasan kepada media bahwa suku bunga utama tujuh hari reverse repo tidak akan berubah.
Keputusan mempertahankan BI 7-day repo rate (BI7DDR) sebesar 5,75 persen konsisten dengan kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap berada dalam kisaran sasarannya, kata Perry.
Target Indeks Harga Konsumen (CPI) bank sentral untuk tahun ini adalah tiga plus/minus satu persen. Pada tahun 2024 ditetapkan sebesar 1,5 hingga 3,5 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan pada awal bulan ini bahwa pertumbuhan tahunan CPI adalah 3,08 persen pada bulan Juli, naik dari 3,52 persen pada bulan Juni.
Setelah berbulan-bulan mengalami tekanan harga yang tinggi, inflasi di Indonesia tetap berada dalam kisaran BI sejak bulan Mei, ketika CPI tumbuh tepat empat persen.
Angka pertumbuhan ekonomi terkini juga solid karena negara ini melampaui ekspektasi dengan pertumbuhan PDB kuartal kedua sebesar 5,17 persen seperti yang diungkapkan BPS pada 7 Agustus.
Kondisi perekonomian secara keseluruhan bukannya tanpa risiko, mengingat perlambatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia.
Namun, perekonomian nusantara tetap solid, didorong oleh belanja domestik, dan bank sentral mengatakan pihaknya belum akan merespons dengan memangkas suku bunga.
BI saat ini sedang menyusun skenario dasar bagi Federal Reserve Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunga dana federal sebesar 25 basis poin lagi pada bulan September tahun ini.
Pada konferensi tersebut, BI juga mencatat bahwa deposito berjangka valuta asing mulai mendapatkan daya tarik sebagai respons terhadap peraturan baru yang mewajibkan perusahaan pengangkutan untuk menahan penerimaan ekspor (DHE) mereka di dalam negeri.
BI memperkenalkan tujuh instrumen keuangan untuk tujuan tersebut.
Deputi Gubernur BI Ayda Budiman mengatakan pada konferensi yang sama bahwa deposito DHE sudah mulai menunjukkan “tanda-tanda perbaikan”.
Sebagai insentif, bank sentral menawarkan suku bunga simpanan eksportir yang kompetitif, dirancang agar lebih tinggi dibandingkan suku bunga yang ditawarkan oleh bank asing. Pemerintah menawarkan tarif pajak yang jauh lebih rendah atas penerimaan ekspor yang disimpan di negara tersebut dibandingkan deposito berjangka biasa yang dikenakan pajak sebesar 20 persen.
Deposito berjangka pendapatan luar negeri bulanan dikenakan pajak sebesar 10 persen, namun dikurangi menjadi 2,5 persen untuk jangka waktu enam bulan dan nihil untuk cicilan lebih dari enam bulan.
Kementerian Keuangan menawarkan tarif pajak yang lebih rendah jika eksportir mengubah pendapatan mereka menjadi rupee, katanya.
“Penggemar perjalanan. Pembaca yang sangat rendah hati. Spesialis internet yang tidak dapat disembuhkan.”
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia