Andam dan CBL menyelesaikan kesepakatan tahap pertama pada bulan Desember dengan menjual saham di dua unit pertambangan nikel kepada CBL.
Tahun ini, perusahaan-perusahaan yang terlibat sedang melakukan studi kelayakan untuk pabrik Rotary Clean Electric Furnace (RKEF) untuk mengolah nikel menjadi logam mentah dan pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) untuk mengekstraksi bahan yang digunakan dalam baterai EV dari bijih nikel.
“Tahun depan, di kawasan industri, kita harus (mengoperasikan) pabrik RKEF dan HPAL,” kata Direktur Utama Antam Nicolas Kanter kepada wartawan, Senin malam. Dia tidak menyebutkan lokasi spesifiknya, namun tahun lalu dia mengatakan dalam pernyataannya bahwa dia berencana mengembangkan taman tersebut di Kabupaten Halmahera Timur di provinsi Maluku Utara.
Salah satu item dalam studi kelayakan adalah kemungkinan penggunaan gas alam untuk menggerakkan pembangkit HPAL. Sebagian besar fasilitas pengolahan nikel di Indonesia saat ini menggunakan bahan bakar batubara.
“Kami sedang mempertimbangkan penggunaan tenaga gas untuk pembangkit listrik HPAL, namun studi kelayakan diperlukan untuk memastikan bahwa kelayakan ekonomi proyek tersebut tidak terpengaruh secara signifikan,” kata Kanter.
“Kita semua menginginkan ‘nikel hijau’ untuk proyek ini karena semua konsumen kini menuntut agar aspek ESG dipenuhi,” tambahnya.
Unit usaha patungan akan dibentuk untuk masing-masing pabrik RKEF dan HPAL, katanya.
(Oleh Francisca Nangoi; Disunting oleh Christian Schmollinger)
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia