Aldelium Group, sebuah perusahaan Inggris, telah mengumumkan kesepakatan dengan Indo Mineral Research, anggota dari Cebu Group, salah satu grup pertambangan terbesar di Indonesia, untuk berkolaborasi memperbaiki dan menyempurnakan proses DNi di Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
Kedua perusahaan telah sepakat untuk mempercepat implementasi sumber daya keuangan, teknis dan logistik dan memainkan peran kunci dalam rantai pasokan baterai EV.
Saat ini sedang berlangsung pembicaraan dengan beberapa pihak untuk membangun pabrik di Indonesia, awalnya dengan sedikitnya 20.000 ton nikel dalam campuran hidroksida deposit (MHP), cukup nikel dan kobalt setara dengan sekitar 500.000 dan 250.000 lithium. Baterai masing-masing. Selain itu, proses ini menghasilkan produk sampingan yang dapat dipasarkan: hematit, magnesium oksida, aluminium hidroksida, dan skandium oksida.
Perusahaan mengatakan kurangnya kepekaan proses terhadap kualitas bijih adalah fitur yang memotivasi pemilik sumber daya Indonesia.
Karena memurnikan semua bijih di tambang laterit dan mengekstraksi semua logam yang tersedia dalam bijih itu, keekonomisan proses memungkinkan penggunaan bijih berkualitas rendah dan menguntungkan. Fitur tersebut membedakan proses dari proses metalurgi yang ada.
Pabrik memasok ke pasar global. Saat ini, semua pembangkit hidrometeorologi yang beroperasi di Indonesia memproduksi PLTMH, yang merupakan pembangkit HPAL yang dimiliki atau didukung oleh China.
Chris Gower, CEO Aldelium Group, mengatakan: “Bersama-sama kami akan membantu mengubah Indonesia menjadi produsen utama nikel murni dan logam lainnya, yang penting untuk penerimaan EV yang lebih besar.”
More Stories
Ringkasan: Anantara Resort di Indonesia; Tampa Hyatt sedang bergerak
Telin dan Indosat bermitra untuk meningkatkan konektivitas Indonesia dengan ICE System 2
Vaisala akan memodernisasi 14 bandara di Indonesia